Defenisi dan penjelasan tofografi
dan waktu
A.Topografi
topografi adalah studi tentang bentuk
permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya)
dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga
dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan
yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude)
dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform).
Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara
kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg,
panjang lereng dan bentuk lereng.
Dalam kaitannyan dengan topografi dalam pembentukan
tanah dapat ipahami sebagai berikut:
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat
kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada
tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air,
sehingga membatasi kedalaman solum tanah, sebaliknya genangan air di dataran,
dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak
dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff
vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat,
sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah. Didaerah semi aris
(agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk
tanah jenis tanah grumusol kelabu, sedangakan di lereng pegunungan terbentuk
tanah jenis grumusol bewarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam
akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya
garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid
terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik
secara fisik maupun kimianya. Dilereng cekung seringkali bergabun membentuk
cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga
terbentuk tanah rawang atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau
tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit
lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar
lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem
drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang
menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4
cara :
1. Jumlah air
hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya
erosi yang terjadi
4. Arah
pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi
ketempat yang rendah
Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk
dan pengubah sifat dan jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai
berikut :
• Posisi
singkapan batuan (out crops) terhadap matahari
• Posisi
permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi
yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :
• Beda
tinggi permukaan lahan (amplitude)
• Bentuk
permukaan lahan
• Derajat
kelerengan
• Panjang
lereng
• Arah
lereng
• Bentuk
punggung lereng
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama
elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap :
• Pelapukan
fisik dan kimiawi batuan
•
Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
•
Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
• Deposisi
dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi
terhadap tanah adalah pada :
• Tebal
daging (solum) tanah
Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih
tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.
• Drainase
tanah
Tanah didaerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau
lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.
• Satuan
tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim
kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi
oleh reliefatau topografi.
• Tingkat
erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan
panjang lereng maka semakin besar tingkat erodibilat tanah.
B. Waktu
Waktu merupkan salah satu faktor pasif
pembentuk tanah. Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah,
memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk
Peranan Faktor Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan
perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis
tanah terbentuk.
Bukti pentingnya
waktu dapat diketahui dengan memperbandingkan tanah-tanah di daerah glasial
dengan tanah-tanah serupa yang ada di daerah yang tidak kena salju. Bukti ini
juga tampak jelas di daerah plivual (yang bersangkutan dengan hujan) misalnya
di Iran dan Irak. Di daerah glasial pengaruh beban induk lebih terlihat karena
tidak cukupnya waktu untuk membentuk susunan nedapan glaial yang penting dalam
perkembangan tanaha sejak lenyapnya salju.
Contoh
lain mengenai tanah yang berbeda umurnya terdapat di Amerika Serikat bagian
utara. Di sana terdapat empat sampai lima lapisan endapan loss interglasial.
Tampak jenis perbedaan sifat masing-masing tanahnya. Tanah yang lebih muda pada
umumnya mudah dilalui air (permeable) dan agregasinya lebih baik daripada tanah
yang lebih tua karena tanah yang telah mencapai umur tua telah mengalami
pelindian dan tentu juga lebih mempat dan padat.
Gunung berapi
mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut,
seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi
pada waktu yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di temukan
kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika, pembentukan tanah
dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga dalam
waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.
Fase-Fase Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
Dalam
proses pembentukannya, faktor memiliki beberapa fase, fase-fase waktu ini dikemukakan
oleh Mohr (1994). Menurut Mohr, fase-fase waktu dalam pembentukan tanah ada
lima tahap yaitu: Fase permulaan, fase juvenile, fase viril,fase senile, dan
fase terakhir.
Mohr (1944) membedakan lima tahap waktu
pembentukan tanah, yaitu:
1.tahap permulaan, bahan induk masih belum mengalami
pelapukan, baik
disintegrasi
maupun dekomposisi;
2.tahap juvenil, proses pelapukan sudah mulai berjalan;
3.tahap viril, proses pelapukan pada saat optimum;
4.tahap senile, proses pelapukan berlangsung sudah lanjut
sehingga tidak
begitu hebat
lagi dan bahkan menurun kecepatannya;
5.tahap terakhir, proses pelapukan sudah berakhir.
Fase awal ditandai dengan terbentuk horison C.
Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada
fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa,
dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase
senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang
lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison
C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya
proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol
atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol,
Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik
Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.
Tipe Tanah
Berdasarkan Waktu Pembentukkannya
Tanah merupakan
benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang
terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan
kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena
proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Ø Tanah Muda
ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara
bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya.
Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
Tanah alluvial
Tanah Regosol
Ø Tanah Dewasa
ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Ø Tanah Tua proses
pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya
terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah
jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Menurut tahap waktunya
dari bahan induk batuan andesit di Indonesia dapat dibentuk berturut-turut:
1. Tanah
regosol muda pada tahap permulaan
Tanah regosol muda
merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah
regosol ini ada pada tahap permulaan. Definisi dari tanah regosol sendiri
adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol
berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di
Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara
Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan
pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija,
tembakau, dan sayuran.
Gambar tanah regosol
2. Tanah
regosol tua atau disebut juga tanah tarapan sebagai tahap juvenile.
Tanah regosol tua
merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah
regosol ini ada pada tahap juvenil. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah
tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa
tanah aluvial yang baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada
di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material
jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah
regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
3. Tanah
latosol coklat sebagai tahap viril
Tanah latosol
coklat ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah
latosol ini ada pada tahap viril. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah
tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat
tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga
sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras
bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah
latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan
Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija,
sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
Gambar tanah
latosol
4. Tanah
latosol merah sebagai tahap venil
Tanah latosol
merah ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah
latosol ini ada pada tahap venil. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah
tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat
tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga
sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras
bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah
latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan
Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija,
sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
5. Tanah
laterit.
Tanah laterit
adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung. Tanah laterit banyak ditemui di wilayah
beriklim tropis yang panas dan lembap. Akibat kandungan oksida besinya yang
tinggi, tanah laterit memiliki warna merah seperti karat. Iklim tropis dan
pengaruh unsur-unsur kimia menentukan ketebalan, kualitas, dan kandungan
mineral lapisan tanah laterit. Komposisi mineral dan kimia di dalam tanah
laterit sangat tergantung kepada batu induknya. Laterit umumnya mengandung
sejumlah besar kwarsa dan oksida titanium, zirkon, besi, timah, alumunium, dan
mangan, yang tertinggal dari proses pengausan. Namun kondisi tanah laterit
beserta isinya sangat tergantung kepada lokasi, iklim, dan kedalamannya.