Rabu, 06 Maret 2013


Defenisi dan penjelasan tofografi dan waktu

A.Topografi

 topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk lereng.



Dalam kaitannyan dengan topografi dalam pembentukan tanah dapat ipahami sebagai berikut:
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah, sebaliknya genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu, sedangakan di lereng pegunungan terbentuk tanah jenis grumusol bewarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya. Dilereng cekung seringkali bergabun membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
     
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.

b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
1.      Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2.      Kedalaman air tanah
3.      Besarnya erosi yang terjadi
4.      Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah











Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :
         Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari
         Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :
         Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)
         Bentuk permukaan lahan
         Derajat kelerengan
         Panjang lereng
         Arah lereng
         Bentuk punggung lereng
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap :
         Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
         Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
         Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
         Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
         Tebal daging (solum) tanah
Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.
         Drainase tanah
Tanah didaerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.
         Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh reliefatau topografi.
         Tingkat erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat erodibilat tanah.








B. Waktu

 Waktu merupkan salah satu faktor pasif pembentuk tanah. Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk

Peranan Faktor Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah

 Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.
 Bukti pentingnya waktu dapat diketahui dengan memperbandingkan tanah-tanah di daerah glasial dengan tanah-tanah serupa yang ada di daerah yang tidak kena salju. Bukti ini juga tampak jelas di daerah plivual (yang bersangkutan dengan hujan) misalnya di Iran dan Irak. Di daerah glasial pengaruh beban induk lebih terlihat karena tidak cukupnya waktu untuk membentuk susunan nedapan glaial yang penting dalam perkembangan tanaha sejak lenyapnya salju.
             Contoh lain mengenai tanah yang berbeda umurnya terdapat di Amerika Serikat bagian utara. Di sana terdapat empat sampai lima lapisan endapan loss interglasial. Tampak jenis perbedaan sifat masing-masing tanahnya. Tanah yang lebih muda pada umumnya mudah dilalui air (permeable) dan agregasinya lebih baik daripada tanah yang lebih tua karena tanah yang telah mencapai umur tua telah mengalami pelindian dan tentu juga lebih mempat dan padat.
 Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.

Fase-Fase Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
             Dalam proses pembentukannya, faktor memiliki beberapa fase, fase-fase waktu ini dikemukakan oleh Mohr (1994). Menurut Mohr, fase-fase waktu dalam pembentukan tanah ada lima tahap yaitu: Fase permulaan, fase juvenile, fase viril,fase senile, dan fase terakhir.

 Mohr (1944) membedakan lima tahap waktu pembentukan tanah, yaitu:
1.tahap permulaan, bahan induk masih belum mengalami pelapukan, baik
    disintegrasi maupun dekomposisi;
2.tahap juvenil, proses pelapukan sudah mulai berjalan;
3.tahap viril, proses pelapukan pada saat optimum;
4.tahap senile, proses pelapukan berlangsung sudah lanjut sehingga tidak
    begitu hebat lagi dan bahkan menurun kecepatannya;
5.tahap terakhir, proses pelapukan sudah berakhir.







               

 Fase awal ditandai dengan terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.

       Tipe Tanah Berdasarkan Waktu Pembentukkannya
 Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
 semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
 habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
 kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
 berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Ø  Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.

 
Tanah alluvial
Tanah Regosol
Ø  Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Ø  Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).

Menurut tahap waktunya dari bahan induk batuan andesit di Indonesia dapat dibentuk berturut-turut:
1.      Tanah regosol muda pada tahap permulaan
 Tanah regosol muda merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah regosol ini ada pada tahap permulaan. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
Gambar tanah regosol
2.      Tanah regosol tua atau disebut juga tanah tarapan sebagai tahap juvenile.
 Tanah regosol tua merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah regosol ini ada pada tahap juvenil. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.

3.      Tanah latosol coklat sebagai tahap viril
 Tanah latosol coklat ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah latosol ini ada pada tahap viril. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
          
                                                  
Gambar tanah latosol
4.      Tanah latosol merah sebagai tahap venil
 Tanah latosol merah ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah latosol ini ada pada tahap venil. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
5.      Tanah laterit.
 Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung. Tanah laterit banyak ditemui di wilayah beriklim tropis yang panas dan lembap. Akibat kandungan oksida besinya yang tinggi, tanah laterit memiliki warna merah seperti karat. Iklim tropis dan pengaruh unsur-unsur kimia menentukan ketebalan, kualitas, dan kandungan mineral lapisan tanah laterit. Komposisi mineral dan kimia di dalam tanah laterit sangat tergantung kepada batu induknya. Laterit umumnya mengandung sejumlah besar kwarsa dan oksida titanium, zirkon, besi, timah, alumunium, dan mangan, yang tertinggal dari proses pengausan. Namun kondisi tanah laterit beserta isinya sangat tergantung kepada lokasi, iklim, dan kedalamannya.